watch sexy videos at nza-vids!

http://nekath.wapgem.com
2024-05-19 19:04
Online 1
1| 1263
SAAT TERKABULNYA DO'A

Berdoa dianjurkan kapan saja. Tetapi ada saat-saat istimewa. Kapan?

1. Waktu sepertiga malam terakhir saat orang lain terlelap dalam tidurnya.

Allah SWT berfirman:

"...Mereka (para muttaqin) sedikit sekali tidur di waktu malam, dan di akhir

malam, mereka memohon ampun (kepada Allah)"(QS. Adz-Dzariyat: 18-19).


Rasulullah SAW bersabda:

"Rabb (Tuhan) kita turun di setiap malam ke langit yang terendah, yaitu saat

sepertiga malam terakhir, maka Dia berfirman : Siapa yang berdoa kepadaKu

maka Aku kabulkan, siapa yang meminta kepadaKu maka Aku berikan kepadanya,

dan siapa yang meminta ampun kepadaKu maka Aku ampunkan untuknya&". (HR.

Al-Bukhari no. 1145, 6321 dan Muslim no. 758).


Dan Amr bin Ibnu Abasah mendengar Nabi

SAW bersabda:

";Tempat yang paling mendekatkan seorang hamba dengan Tuhannya adalah saat

ia dalam sujudnya dan jika ia bangun melaksanakan shalat pada sepertiga

malam yang akhir. Karena itu, jika kamu mampu menjadi orang yang berdzikir

kepada Allah pada saat itu maka jadilah." (HR. At-Tirmidzi, Ahmad dan

di-shahih-kan oleh At-Tirmidzi, Al-Hakim, Adz-Dzahabi, dan Al-Albani).

2. Waktu antara adzan dan iqamah, saat menunggu shalat berjama'ah.

Sayangnya waktu mustajab ini sering disalahgunakan sebagian umat Islam yang

kurang mengerti sunnah atau oleh orang yang kurang menghargai sunnah,

sehingga diisi dengan hal-hal yang tidak baik dan tidak dianjurkan Islam,

membicarakan urusan dunia, atau hal-hal lain yang tidak bernilai ibadah.

Hal-hal semacam ini sangat merugikan pelakunya karena tidak mengikuti sunnah

Nabi SAW dengan sempurna.




Ketentuan waktu ini berdasarkan hadits Anas bin Malik RA,

bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:

"Doa itu tidak ditolak antara adzan dan iqamah, maka berdoalah!" (HR. Ahmad

dan Ibnu Hibban, shahih menurut Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan menurut

Al-Arnauth dalam Jami'ul Ushul).

Juga berdasarkan hadits Abdullah bin Amr Ibnul Ash RA, bahwa

ada seorang laki-laki berkata: "Wahai Rasulullah, sesungg/>
ada seorang laki-laki berkata" Wahai Rasulullah, sesungguhnya para muadzin

itu telah mengungguli kita" maka Rasulullah SAW

bersabda" Ucap-kanlah seperti apa yang diucapkan oleh para muadzin itu dan

jika kamu selesai (menjawab), maka memohonlah, kamu pasti diberi." (HR. Abu

Dawud dan Ibnu Hibban, di-hasan-kan oleh Al-Arnauth dan Al-Albani).

3. Pada waktu sujud. Yaitu sujud dalam shalat atau sujud-sujud lain yang diajarkan Islam. Seperti

sujud syukur, sujud tilawah dan sujud sahwi.

Dalilnya adalah hadits Abu Hurairah RA, bahwasanya Rasulullah

SAW bersabda:

"Keberadaan hamba yang paling dekat dengan Tuhannya adalah ketika ia dalam

keadaan sujud, maka perbanyaklah doa" (HR. Muslim).



Dan hadits Ibnu Abbas RA, ia berkata : "Rasulullah

SAW membuka tabir (ketika beliau sakit), sementara

orang-orang sedang berbaris (shalat) di belakang Abu Bakar RA,

maka Rasulullah SAW bersabda:

"Wahai sekalian manusia, sesungguhnya tidak tersisa dbagus yang dilihat

oleh seorang muslim atau diperlihatkan untuknya. Ingatlah bahwasanya aku

dilarang untuk membaca Al-Qur'an ketika ruku' atau ketika sujud. Adapun di

dalam ruku', maka agungkanlah Allah dan adapun di dalam sujud, maka

giat-giatlah berdoa, sebab (hal itu) pantas dikabulkan bagi kalian." (HR.

Muslim).

4. Setelah shalat fardlu. Yaitu setelah melaksanakan shalat-shalat wajib

yang lima waktu, termasuk sehabis shalat Jum'at. Allah berfirman:

"Dan bertasbihlah kamu kepada-Nya di malam hari dan selesai shalat." (QS.

Qaaf: 40).



Juga berdasarkan hadits Umamah Al-Bahili, ia berkata " Rasulullah

SAW ditanya tentang doa apa yang paling didengar

(oleh Allah), maka beliau bersabda:

"Tengah malam terakhir dan setelah shalat-shalat yang diwajibkan." (HR.

At-Tirmidzi, ia berkata: hadist ini hasan).

Karena itu Imam Syafi'i dan para pengikutnya berkata, dianjurkan bagi imam

dan makmumnya serta orang-orang yang shalat sendirian memper-banyak dzbr />
dan makmumnya serta orang-orang yang shalat sendirian memper-banyak dzkir,

wirid dan doa setelah selesai shalat fardhu. Dan dianjurkan membaca dengan

pelan, kecuali jika makmum belum mengerti maka imam boleh mengeraskan agar

makmum menirukan. Setelah mereka mengerti, maka semua kembali pada hukum

semula yaitu sirri (samar-samar). (Syarh Muhadzdzab, III/487).

5. Pada waktu-waktu khusus, tetapi tidak diketahui dengan pasti

batasan-batasannya. yaitu sesaat di setiap malam dan sesaat setiap hari

Jum'at. Hal ini berdasarkan hadist Jabir RA, ia berkata: Saya

mendengar Rasulullah SAW bersabda:

"Sesungguhnya di malam hari ada satu saat (yang mustajab), tidak ada seorang

muslim pun yang bertepatan pada waktu itu meminta kepada Allah kebaikan

urusan dunia dan akhirat melainkan Allah pasti memberi kepadanya." (HR.

Muslim).



Hadits Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW pernah menyebut hari Jum'at, beliau bersabda:

"Di dalamnya ada satu saat (yang mustajab) tidaklah seorang hamba muslim

yang kebetulan waktu itu sedang mendirikan shalat (atau menunggu shalat) dan

memohon kepada Allah sesuatu (hajat) melain-kan Allah pasti mengabulkan

permo-honannya." dan Nabi mengisyaratkan dengan tangannya akan sedikitnya

saat mustajab itu. (HR. Al-Bukhari).

Di dalam hadist Muslim dan Abu Dawud dijelaskan:

"Yaitu waktu antara duduknya imam (khatib) sampai selesainya shalat

(Jum'at)" Inilah riwayat yang paling shahih dalam hal ini. Sedangkan dalam

hadist Abu Dawud yang lain Nabi memerintahkan agar kita mencarinya di akhir

waktu Ashar.

An-Nawawi rahimmahullah menjelaskan bahwa para ulama berselisih dalam

menentukan saat ijabah ini menjadi sebelas pendapat. Yang benar-benar saat

ijabah adalah di antara mulai naiknya khatib ke atas mimbar sampai

selesainya imam dari shalat Jum'at. Hal ini berdasarkan hadist yang sangat

jelas dalam riwayat Muslim di atas.

Imam An-Nawawi rahimmahullah melanjutkan: "Adapun hadist yang berbunyi:

'Carilah saat itu pada akhir sesudah Ashar' (HR. Abu Dawud dan An-Nasa'i

dengan sanad shahih), maka hal ini memberi kemungkinan bahwa saat h itu

bisa berpindah-pindah, kadang-kadang di saat ini, kadang-kadang di saat itu

seperti halnya lailatul qadar."




Imam Ahmad rahimmahullah berkata: "Kebanyakan ahli hadits menyatakan saat

itu adalah setelah Ashar dan diharapkan setelah tergelincirnya matahari."

Lain dengan Ibnu Qayyim. Beliau menjadikannya sebagai dua waktu ijabah yang

berlainan. Dalam Kitab Al-Jawabul Kafi beliau berkata:

"(Pertama), jika doa itu disertai dengan hadirnya kalbu dan totalitasnya

dalam berkonsentrasi terhadap apa yang diminta, dan bertepatan dengan salah

satu dari waktu-waktu ijabah yang enam itu, yaitu :Sepertiga akhir dari waktu malam.

Ketika adzan.

Waktu antara adzan dan iqamah.

Setelah shalat-shalat fardlu.

Ketika imam naik ke atas mimbar pada hari Jum'at sampai selesainya

shalat Jum'at pada hari itu.


Waktu terakhir setelah Ashar".

(Kedua), jika doa tadi bertepatan dengan kekhusyu'an hati, merendahkan diri

di hadapan Sang Penguasa. Menghadap kiblat, berada dalam kondisi suci dari

hadats, mengangkat kedua tangan, memulai dengan tahmid (puji-pujian),

kemudian membaca shalawat atas Muhammad. Lalu bertobat dan beristighfar

sebelum menyebutkan hajat. Kemudian menghadap kepada Allah,

bersungguh-bersungguh dalam memohon dengan penuh kefaqiran, dibarengi dengan

rasa harap dan cemas. Dan bertawassul dengan asma dan sifatNya serta

mentauhidkanNya. Lalu ia dahului doanya itu dengan sedekah terlebih dahulu,

maka doa seperti itu hampir tidak tertolak selamanya. Apalagi jika memakai

doa-doa yang dikabarkan Nabi SAW sebagai doa yang

mustajab atau yang mengandung Al-Ismul-A'zham (Nama Allah Yang Mahabesar)."

Ya Allah, kabulkanlah doa-doa kami.

Sumber rujukan :

Syekh Muhammad Thariq Muhammad Shalih, A'malul Muslim filYaumi wal

Lailah.

Al-Hafidz Ibnu Hajar, Fathul Bari 11/132.

An-Nawawi, Majmu' IV/487 dan 548 -550.

Ibnu Qayyim, Al-Jawabul Kafi Hal 12.

< kembali